Rika Yaitul Islami, Selera Novel Tetap Terjaga

Posted Leave a commentPosted in Berita Sekolah

Kudus, Jawa Tengah, smkn2kudus.sch.id (2/2) Awal tak menyenangkan dirasakan oleh Rika Yaitul Islami saat berkecimpung di bidang seni tari. Dia merasa kurang sreg. Tapi dia menurutmu kemauan orang tuanya. Lama-lama jadi menarik perhatiannya.

Mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dadar (PGSD) menerangkan, sebenarnya tari bukan hobinya. Perempuan yang akrab dipanggil Rika ini lebih suka membaca buku sastra. Demi menuruti orang tua, dia ikut sanggar tari.

“Saya sempat malas pergi latihan, tapi disanggar tersebut melihat ada orang-orang yang usianya jauh lebih Tua semangat belajar tari. Dari itulah hati saya terketuk mulai serius belajar tari,” terangnya kemarin.

Setelah berjalan satu bulan dia merasa nyaman. Bahkan, warga RT 5 RW 6, Desain Rejosari, Kecamatan Dawe ini bergabung dengan kesenian wayang orang.

Menurutnya, sebagai mahasiswi ikut nguri-uri budaya yang hampir punah. Diapun rela menempuh jarak kiloan meter untuk latihan wayang orang.

“Saya kalau latihan di Balai Desa Karangbener, Kecamatan Bae. Jadi orang tua saya makin semangat, rela mengantar dan nanti menjemput usai latihan. Karena malam hari tidak diizinkan naik kendaraan sendiri,” ungkapnya.

Dia merasa beruntung Masuk sanggar tari. Mengingat di PGSD bisa tari. “Tapi cita-cita saya tidak jadi penari, melainkan penulis novel/guru. Ini hanya untuk menambah skill saya. Tapi serius saya tekuni. Ini amanat orang tua karena ingin anaknya pintar tari. Padahal tidak ada darah seni sama sekali,” terangnya.

Meski menekuni tari menghilangkan selera membaca buku-buku sastra. Dia tetap menulis meski cerita pendek. Dia menganggap ide atau curahan Hari bisa dituangkan dalam tulisan.

“Untuk konsumsi sendiri, belum percaya diri untuk mengirimkan cerpen ke media. Tapi suatu saat saya akan mencoba publikasikan. Keinginan saya jadi penulis novel saat ini kuat. Jadi perlu saya asah terus,” terangnya.

Source: Radar Kudus